Blog

Anti Telat

free counters

Total Tayangan Halaman

Followers

TRANSLATOR

English French German Spain Italian

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic
by : A.D.R.008
Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 14 Februari 2012

Pengalamanku ke TPA

Hai kawan, saya selalu diajarkan oleh orang tua saya, untuk mensyukuri apapun yang diberikan tuhan untuk kita, karena saudara-saudara kita jauh banyak yang lebih kurang mampu dari kita. Kehidupan mereka jauh lebih memprihatinkan daripada kita, mereka berjuang untuk menghidupi dirinya sendiri dan juga keluarganya.





Bicara tentang perjuangan, waktu saya masih duduk di bangku smp, saya pernah mengunjungi Tempat Pengolahan Akhir(TPA), disana banyak terdapat pemulung-pemulung, mulai dari anak kecil sampai orang dewasa yang merelakan hidupnya berkotor-kotor di TPA, coba bayangkan setiap ada truk pengangkut sampah yang memasuki kawasan TPA mereka berlari mengejar truk itu entah apa yang mereka cari, saya-pun kurang tahu, yang jelas sesuatu yang mereka anggap berhargalah yang mereka cari. Mungkin bagi kita botol bekas, kaleng bekas, kertas bekas tidak berharga, sehingga kita membuangnya di tempat sampah, tapi bagi mereka itu adalah benda yang sangat-sangat berharga.

Rumah mereka juga sangat tidak layak disebut rumah, mungkin lebih tepatnya disebut gubuk, kondisinya-pun sangat-sangat memprihatinkan, saya sendiri-pun tak bisa membayangkan jika saya yang berada di posisi mereka. Semakin siang TPA itu semakin ramai, tak peduli panas matahari membakar kulit mereka, mereka seakan sudah bersahabat dengan panas sang mentari. Saya hanya bisa terdiam dan menggeleng-gelengkan kepala melihat perjuangan mereka dari mengejar truk, naik ke “bukit” sampah, hingga mengumpulkannya ke tepi dekat gubuk mereka, entah berapa rupiah yang mereka dapatkan dari hasil memanen sampah, tapi yang jelas itu sangat tidak cukup untuk menghidupi dirinya sendiri apalagi keluarganya sehingga anak kecil yang harusnya merasakan manisnya duduk di bangku sekolahan-pun turut merasakan pahitnya menjadi seorang pemulung, sungguh kondisi yang memprihatinkan di era yang disebut era globalisasi ini masih saja ada orang yang menggantungkan hidupnya kepada kumpulan sampah untuk mencukupi kebutuhan dirinya.

Itulah yang terjadi kawan, di era globalisasi masih saja orang-orang yang hidupnya memprihatinkan. Dari sini dapat kita ambil pelajaran agar selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan kepada kita. Semoga apa yang telah saya ceritakan panjang lebar ini bermanfaat bagi kita semua.
Salam blogger., 

0 komentar:

Posting Komentar